in ,

Cerita Horor – The Robot Dance | Creepypasta

8970127 1719465551412 79e09da9970b1

CERITA

Aku mengingat sebuah artikel yang berisi wawancara antara bintang film dan musisi yang digaji sangat besar namun mereka tetap saja mengeluh kecapekan, mereka mengeluh dengan seberapa keras mereka bekerja, burn out dan ingin sekali beristirahat. Para direktur mereka memberi tugas tanpa henti. Pertunjukan begitu melelahkan, yah hidup yang sulit. Membacanya membuatku tersenyum dan berpikir, “Kalian mestinya coba bekerja sebagai Pelayan di bar atau kafe pinggiran yang buka 24 jam”

Kemudian ku letakkan kembali koran tersebut dan kembali melanjutkan kerja shift sepuluh jam ku sebelum aku dipecat lagi.

Sekarang aku paham apa yang mereka maksud. Tidak ada lagi koran, karena jarang ada yang membeli atau memiliki waktu untuk membaca. Tidak ada di bar atau kafe. Yang ada hanyalah hiburan yang tak berujung, tiada akhir. Aku yang menghibur. Aku yang tampil di sana, secara permanen.

Yah.. semuanya diambil alih secara tertata dan begitu tiba-tiba. Tidak ada yang benar-benar tahu apa yang terjadi. Pernah ada berita mengenai robot kecil yang dibuat untuk memperbaiki kami. Lalu tiba-tiba suatu pesan tertangkap dari luar angkasa namun tidak ada yang tahu apa itu. Mereka mengambil semua informasi kami. Setelah itu tidak ada lagi berita.

Siapa yang mengambil kendali? Aku tidak melihat ada android yang menghancurkan kota sambil menembakkan senapan laser. Ada beberapa desas-desus tentang kolusi, tentang mereka yang memiliki kekuasaan sedang melakukan tawar menawar. Semuanya terjadi begitu cepat. Kami kehilangan daya listrik dan moda transportasi. Tidak ada berita yang pasti, yang ada hanya desas desus belaka. Rasa takut. Orang-orang ketakutan untuk tetap tinggal di rumah tetapi mereka yang pergi pun tidak pernah terlihat lagi.

Rumor yang paling lengkap dan masuk akal adalah tentang teknologi Artificial Intelligence milik alien yang jauh lebih maju, menyerang internet kita. Tapi sejauh yang bisa aku lihat, ini hanyalah spekulasi. Kita tidak tahu siapa dan seperti apa wujud mereka. Belum pernah ada orang yang melihat mereka. Mereka bisa saja berkelompok atau hanya sendiri. Mereka sengaja membiarkan beberapa dari kami tetap hidup. Semuanya adalah pemain sandiwara… Aku pasti bisa lolos. Aku dulu pernah melakukan aksi pertunjukan. Salah satu anganku adalah menjadi seniman lokal.

Bagi mereka, satu-satunya hal yang bernilai dari kami adalah seni. Itu karena mereka hanya bisa menciptakan hal yang kaku dan logis. Tidak ada kekejaman atau belas kasihan. Mereka penasaran dengan karya lagu, buku, dan film kami. Mereka melihat setiap film, mendengar setiap lagu, membaca setiap cerita yang kami tulis dalam sekejap. Sekarang mereka sudah bosan. Mereka ingin lebih. Bagi mereka, kami adalah mahakarya yang hidup, kataku pada diri sendiri. Kami bekerja tanpa henti.

Tidak banyak dari kami yang tersisa. Setiap menit setiap hari harus menciptakan seni baru, atau kami akan mati. Waktu seperti tak berharga. Satu per satu jantung kami mulai berhenti, entah bagaimana mereka melakukannya. Jika aku telah dipasangi implant, mereka melakukannya tanpa sepengetahuanku. Aku tidak bisa mengingat apa pun, tidak ada bekas luka. Kematian terjadi dalam sekejap. Setiap napas kami adalah milik mereka.

Mereka yang bertahan cukup lama pun akan mempelajari beberapa aturan, dengan cara yang menyakitkan. Jangan sesekali memainkan keinginan mereka. Kami harus berinovasi. Kami tidak boleh berikan lawakan garing. Mereka mengawasi setiap gerak bahkan diamnya kami. Jadi mereka tidak bisa dibodohi dengan upaya putus asa seolah-olah itu adalah bagian dari pertunjukan.

Mereka memberikan arahan, seperti suara serangga yang mendengung. “MENARILAH,” kata mereka. Saat itu aku gerakanku sedikit tertatih. Aku tidak pernah tampil di lantai dansa. Tapi entah bagaimana aku cukup puas dengan gerakanku. Mungkin mereka kira aku sedang gelisah atau aku tampak bodoh.

Seorang pria muda menerobos masuk ke dalam membawakan tarian robot yang biasa ada di klub malam Neon 1980s. Aku harap aku melakukan gerakan itu, ya.. itu sampai beberapa saat kemudian mayatnya terbanting ke lantai. Jangan pernah berandai-andai lagi dan jangan sok tahu.

Written by MalamMalam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

GIPHY App Key not set. Please check settings