in ,

Cerita Horor – Merry Chritmas | Creepypasta

8970127 1735042130721 94821827b280b 2

CERITA

Hari ini.. tepat dua hari sebelum peringatan kematian keponakanku. Tidak ada seorang pun yang tahu penyebab kematiannya selain aku dan… ibunya, yang baru saja meninggal. Aku tidak tahu kepada siapa aku harus meceritakannya, tapi aku perlu memberitahu seseorang. Kurasa tidak akan ada yang percaya dengan  ceritaku, mereka akan mengurungku, sama seperti yang mereka lakukan kepada kakak perempuanku. Aku tidak bisa menyalahkan mereka. Karena aku sendiri sulit mempercayainya. 

Bethany akan berumur 10 tahun sehari setelah Natal, di tahun dia meninggal. Dia masih percaya Santa. Menurutku dia sudah terlalu tua untuk percaya hal seperti itu, tapi menurut orang tuanya itu lucu. Mereka melakukan segala hal untuk memastikan agar dia tidak sadar kalau semua itu hanya kebohongan.

Bethany suka sekali Natal, Santa, peri, dan hal lainnya yang serupa. Biasanya dia akan bercerita tentang peri yang suka bersembunyi di rumahnya. Kupikir mungkin orang tuanya suka menyembunyikan boneka peri atau sesuatu yang seperti itu, tapi saat aku menanyakannya, mereka bilang mereka tidak punya boneka seperti itu. Awalnya aku mengira mereka hanya bercanda.  

Cerita Bethany tentang peri itu semakin aneh. Dia bilang satu malam dia terbangun dan melihat peri itu sedang duduk di rumah boneka di samping ranjangnya, memperhatikan Bethany dengan matanya yang kosong. Setelah malam itu, dia bilang peri tersebut berubah menjadi jahat. Dia akan bergerak mengelilingi kamar Bethany sambil membuat suara yang aneh di malam hari, dan Bethany mengatakan kalau dia berusaha turun dari ranjang, peri tersebut akan lari menghampirinya dan menggigit & mencakar kakinya.

Menurut Bethany, peri itu punya banyak gigi yang panjang dan tipis tapi tidak tajam. Dia bilang kukunya panjang dan tajam seperti sebuah cakar. Tentu saja aku tidak percaya, lalu menunjukkan luka-luka bekas gigitan dan cakarnya. Bekas gigitannya seperti bekas gigi manusia normal tapi cukup dalam, dan jumlahnya lebih banyak dari gigi normal.

Di sini aku mulai khawatir. Aku masih belum percaya dengan keberadaan peri pada waktu itu; aku pikir dia yang menggigit dirinya sendiri, dan punya semacam penyakit mental yang cukup serius. Aku harap aku benar. Aku sudah menceritakannya kepada kakakku. Dia juga khawatir, jadi kami memutuskan untuk mencari psikiater. Kupikir itu bisa membantu Bethany, tapi keadaannya justru memburuk saat menjelang Natal. 

Aku sedang menginap di rumah kakak perempuanku untuk malam Natal, dan Bethany memintaku untuk tidur di kamarnya dan melindunginya dari peri itu. Aku mengiyakannya. Awalnya kupikir itu ide yang bagus agar aku bisa tahu apa yang terjadi padanya; mungkin dia menggigit pergelangan kakinya saat tidur.

Malam itu, Bethany membangunkan aku dan meminta untuk diambilkan segelas air. Dia tidak mau beranjak dari tempat tidurnya karena takut diserang peri. Aku tidak mau meninggalkan gadis malang ini sendirian, jadi aku memintanya untuk ikut keluar. Dia tidak mau ikut, tapi aku juga tidak mau meninggalkannya. Seharusnya aku mendengarkannya. Ya Tuhan, mungkin dia masih hidup sekarang kalau aku mendengarkan; dia mati gara-gara aku. 

Saat kami sampai di depan pintu, aku melihatnya; peri itu tinggi, dengan gigi yang aneh dan mata putih yang kosong. Kukira aku sedang berimajinasi jadi kunyalakan lampunya. Dia tidak menghilang. Aku tahu, seharusnya aku berusaha kabur, tapi aku malah memotretnya. Begitu aku memotretnya, dia langsung lari ke arah kami dengan sangat cepat sampai aku kesulitan melihatnya.

Semua terjadi dengan sangat cepat. Bethany, yang dari tadi berdiri saja, mendorongku keluar kamar dengan keras sampai aku jatuh ke lantai. Pintunya langsung tertutup. Aku hanya bisa mendengar suara yang melengking, saking kerasnya, sampai-sampai aku tidak bisa mendengar teriakan Bethany. Suara itu terdengar seperti mengucapkan “Merry Christmas”, tapi tidak dilafalkan dengan benar. Terdengar seperti “Merry Chritmas”. Aku berusaha untuk kembali ke kamar itu, tapi pintunya terkunci. Aku coba menendangnya tapi aku tidak cukup kuat. 

Aku lari ke dapur, mencari sesuatu untuk mendobrak pintu itu sambil memanggil polisi. Mereka pikir aku bercanda. Aku tidak mengerti bagaimana bisa mereka tidak mendengar teriakan ini. Kenapa orang tua Bethany tidak terbangun?

Aku menemukan sebuah batu bata yang setidaknya aku rasa bisa membuat lubang di pintu itu. Tiba-tiba aku mendengar sebuah suara seperti ada yang terkoyak, dan semua teriakan tadi berhenti. Dengan berhati-hati aku membuka pintunya yang sekarang sudah tidak terkunci; aku bisa melihat semua dinding dan ranjang dan mainan dan furnitur di dalam berwarna merah terang, berlumuran darah Bethany. Di atas lantai, peri itu melayang di atas mayat Bethany. Mayatnya terbelah dua secara vertikal dan peri itu mengalungi usus bethany di lehernya sambil memakannya.

Aku berteriak lebih kencang dari pada yang pernah aku lakukan sebelumnya. Ibu Bethany akhirnya keluar dari kamarnya dan melihat apa yang terjadi. Dia tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya bisa menatap pemandangan yang mengerikan ini. Kami menutup pintunya dan meletakkan barang-barang di depan agar pintu tidak bisa terbuka. Kami ke ruang tamu untuk menunggu polisi datang. 

Saat polisi tiba, mereka menanyaiku, kakakku dan suaminya, yang tidak mendengar apapun. Aku tidak bisa mengatakan apa-apa. Rasanya seperti bermimpi. Aku hanya bisa duduk dengan tatapan kosong. Satu-satunya yang bisa menceritakan apa yang terjadi hanyalah kakakku. Kemudian polisi tadi memindahkan barikade yang ada di depan kamar Bethany. Tapi saat mereka membuka pintunya tidak ada apa-apa di dalam.

Kamarnya terlihat normal, selain salju yang masuk dari jendela. Semua yang terjadi tadi hilang seperti permainan sulap. Pihak polisi kemudian membentuk tim pencari; mereka pikir Bethany hanya melarikan diri. Setelah semua orang pergi, aku menangis di dalam kamar dia sendirian. Aku mendengar suara lonceng, lalu aku mendengar peri itu berbisik, “Merry Chritmas”. Aku segera keluar dari situ. 

Sekarang sudah satu tahun sejak kematian Bethany. Kesehatan mental kakakku mulai menurun semenjak Bethany meninggal. Dia menutup pintu & jendela kamar Bethany dengan papan kayu. Dia tak pernah tidur lagi. Kami pernah menangkap basah dia ketika dia berusaha memotong perutnya beberapa kali, dan kami terpaksa mengirimnya ke rumah sakit jiwa, di mana dia mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri menggunakan sprei ranjangnya.

Sekarang aku satu-satunya orang yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Orang lain masih berpikir kalau Bethany hanya menghilang. Aku tak pernah lagi mendekati rumah itu, dan aku tidak cukup berani untuk memberitahu ayah Bethany. Tapi apapun yang kulakukan, aku masih belum bisa melupakan kejadian itu. Terkadang, aku masih bisa mendengarkan suara peri itu di malam hari, dan aku takut dia akan membunuhku juga. Sebentar lagi Natal.


CREDITS

Cerita Oleh: Linguni

source: creepypasta.fandom.com

Diterjemahkan oleh: Alvin

Dibacakan oleh: Grace


Kamu bisa dukung Podcast ini lewat Trakteer:

⁠https://trakteer.id/malammalamstories/tip

Written by MalamMalam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

GIPHY App Key not set. Please check settings