in ,

Cerita Horor – Have You Seen This Man ? | Creepypasta

MalamMalamStories 2

CERITA

Aku bukanlah pecinta anjing.

Namun aku tidak selalu seperti itu. Faktanya, aku dulu sangat menyukai anjing. Dari kecil aku selalu mengatakan kepada orang-orang kalau cita-citaku adalah menjadi dokter hewan. Yah, kalau itu memang terjadi, aku tidak akan berada di posisiku sekarang.

Aku orang yang mudah gugup. Seumur hidupku aku mengidap paranoid jangka panjang. Kalau kamu bertanya kepada orang tuaku, mereka akan menceritakan kisah yang berbeda dari aslinya. Bagi mereka, aku adalah anak yang tenang dan dingin. Mereka bilang, ketika usiaku menginjak 12 tahun, kepribadianku berubah secara drastis. Tidak banyak yang bisa kuingat. Namun, ada satu momen di masa kecil yang tidak akan pernah bisa kulupakan. Perihal sesuatu– atau lebih tepatnya seseorang yang telah menghantuiku seumur hidup.

1 Januari 1994

Masih ingat tadi aku mengatakan kalau aku tidak menyukai anjing? Ya, itu ada alasannya. Seperti yang ku katakan tadi, aku mengatakan kepada orang tuaku kalau aku ingin menjadi dokter hewan. mereka mendukungku. Mereka ingin aku jadi anak yang sukses. Aku begitu yakin mereka memang peduli padaku. Mereka membelikan buku tentang anatomi hewan, mengajakku ke kebun binatang. bahkan membelikan berbagai film dokumenter VHS tentang binatang. Mereka mencoba yang terbaik untuk mendukung mimpiku itu, menjadi orang yang bisa dibanggakan oleh orang tuaku.

Aku berulang tahun di bulan November. Saat itu, aku memasuki usia dua belas tahun. Mereka tidak pernah mengijinkanku merawat binatang peliharan sendiri. Alasannya karena aku belum cukup umur dan belum bisa bertanggung jawab dalam merawat hewan peliharaan. Padahal aku sudah siap untuk membuktikan kalau mereka salah. Tahun ini, umurku dua belas tahun. Aku sudah selesai membaca semua buku binatang itu dan aku benar-benar sudah siap. Aku bilang lagi ke mereka kalau aku menginginkan seekor binatang di tahun ini. Reaksi mereka kali ini berbeda. Ayahku hanya mengatakan, “Mungkin.”

Saat itulah aku tahu kado apa yang akan aku dapatkan untuk ulang tahun tahun ini.

Tidak heran saat aku terbangun di hari ulang tahunku, aku melihat seekor anak anjing kecil sedang menjilati wajahku. Aku sangat senang. Orang tuaku berdiri di depan pintu kamarku sambil tersenyum hangat. Mereka mengucapkan selamat ulang tahun dan memberi ku nasehat kalau cara merawat anjing harus sama seperti memperlakukan makhluk hidup lainnya. Mereka memberiku makanan anjing, mangkuk, dan tali. Itu adalah momen paling bahagia yang pernah kualami. Anjing itu adalah sahabatku.

Setiap waktu yang kuhabiskan bersama anjing itu luar biasa. Aku adalah anak tunggal. Karena homeschooling, aku jadi kurang bisa berinteraksi dengan orang-orang seusiaku, bukan karena aku bermasalah dalam berteman. Anjingku yang kuberi nama Theo, terus menjalin ikatan denganku selama sebulan ini. Kami membangun hubungan seperti anak-anak lain dengan anjingnya. Kami jalan-jalan dan bermain Bersama. Aku memandikannya, memberinya makan, dan berusaha merawatnya sebaik mungkin, seperti yang telah dilakukan orang tuaku padaku. Orang tuaku terkesan padaku. Pendapat mereka tentang ku mulai berubah.

1 Januari, awal tahun baru, dan awal yang baru bagiku. Aku bangun sekitar pukul 10:00 pagi, sudah kesiangan. Sebelumnya aku tidak pasti sudah tidur pada saat menjelang tahun baru. Perasaanku sangat buruk. Di dapur, ibu sudah menyediakan sarapan yang lezat. Masakan ibuku adalah yang terbaik. Ketika aku duduk di meja ruang makan untuk sarapan, Theo menyambutku dari bawah meja dan duduk di kakiku. Aku menyelipkannya sepotong bacon. Dia tampak senang.

Sarapanku hanya sebentar. Aktivitasku setiap hari adalah mengambil surat. Setiap kali mendengar suara truk surat itu, aku langsung bangun dari tempat duduk. Aku jadi teringat teori dari Ivan Pavlov dan anjing-anjingnya yang dijelaskan di salah satu film dokumenter ku. Lucu kalau mengingat bahwa aku sedang dikondisikan untuk selalu bereaksi setiap kali mendengar suara truk itu. Namun karena masih lelah dari tadi malam, aku berjalan terbopong-bopong menuju pintu depan. Aku tidak terlalu fokus.

Begitu aku membuka pintu, Theo berlari kencang. Aku tidak bisa memproses apa yang baru saja terjadi. Dia belum pernah melakukan itu sebelumnya. Aku coba berkonsentrasi lagi dan memutuskan untuk mengejarnya. Aku mengambil jaketku dari rak mantel dan berlari keluar. Begitu aku menginjakkan kaki di teras, aku terdiam membeku. Theo belum pergi jauh. Dia bahkan belum meninggalkan halaman depan. Pintu keluar halaman tertutupi oleh seorang pria. Ini pertama kalinya aku melihat ‘dia’.

Written by MalamMalam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

GIPHY App Key not set. Please check settings